Biarkan Aku Tertidur

anjaanique
2 min readJan 21, 2022

Lelah nafas ini, ingin sejenak lupakan semua, biarkan aku tertidur, lepaskan laraku.

Pukul 4 sore hari ini, setelah menonton wawancara Isyana Sarasvati, aku mengunjungi laman Spotify-nya, lalu memilih album “LEXICON” dan memutar salah satu lagunya yang berjudul “biarkan aku tertidur.”

Sambil memejamkan mata, aku menghayati lirik lagu yang ditulisnya. Aku.. merasa tertampar. Aku tahu, ini lagu yang tepat untuk merepresentasikan perasaanku, yang akhir-akhir ini membuatku kacau.

Aku lelah, tanpa tahu alasannya. Saat sedang bermonolog dengan diriku, aku tak punya jawaban pasti atas apa yang aku rasakan. Semuanya adalah misteri dan akan terus menjadi pertanyaan yang nihil jawaban.

Perasaan cemas, seperti ada beban di dada yang membuatnya sesak, hatiku juga remuk, tetapi aku sulit untuk menangis. Terkadang, juga merasa hampa, seperti mati rasa.

Setelah aku didiagnosa PTSD, aku benar-benar lupa rasanya bisa tidur dengan tenang. Aku takut untuk tidur, karena tidak siap berhadapan dengan mimpi buruk. Bahkan saat aku memejamkan mata, semua memori traumatis & sedih terus terulang-ulang di kepalaku.

Tetapi di saat seperti ini, aku hanya ingin tidur, walau sebenarnya tidur tidak mengobati rasa sakit dan lelah yang aku derita, tetapi aku sadar, saat tertidur, rasa sakit dan segala derita yang ada di dunia, hilang begitu saja. Setidaknya aku bisa menghentikan rasa lelah & sakit yang aku rasakan selama ini.

Aku ingin sekali tertidur — dalam waktu yang sangat lama; menghilang dari dunia. Membuat orang melupakan eksistensi sosok diriku.

Apakah.. Aku harus kembali terus menerus di fase seperti ini agar aku tidak takut untuk tertidur?

Apakah.. Aku tidak bisa mendapatkan ketenangan saat tidur tanpa harus mengorbankan kondisi mentalku yang sudah lelah?

Lagi-lagi pertanyaan-pertanyaan yang hanya akan terus ada di benakku, dan tidak akan bisa terjawab.

--

--